Kapasitas terpasang energi terbarukan India dapat meningkat menjadi 250 GW pada bulan Maret 2026 dari 201 GW pada bulan September 2024, menurut lembaga pemeringkat kredit ICRA baru-baru ini. Pertumbuhan ini akan didorong oleh proyek yang direncanakan berkapasitas 80 GW setelah penawaran yang lebih baik pada tahun 2024.
Kapasitas terpasang tenaga surya akan mencapai 132 GW pada bulan Maret 2026 dan 91 GW pada bulan September 2024. ICRA memperkirakan penambahan kapasitas tenaga surya tahunan sebesar 22 GW pada tahun 2025 dan 27,5 GW pada tahun 2026.
Wakil Presiden Senior Girishkumar Kadam mencatat bahwa proyek yang kuat dan harga modul surya yang menguntungkan akan mendorong penambahan energi terbarukan, terutama dengan berakhirnya pengecualian transmisi antar negara bagian pada bulan Juni 2025.
ICRA memperkirakan segmen tenaga surya atap dan komersial & industri (C&I) akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penambahan kapasitas di India, namun penundaan dalam pembebasan lahan dan sambungan transmisi masih menjadi tantangan pelaksanaan, yang dapat menghambat pertumbuhan, kata Kadam.
Kapasitas energi terbarukan India kemungkinan akan meningkat dalam lima tahun ke depan, kata ICRA india, sehingga meningkatkan pangsa energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga air dalam jumlah besar di negara tersebut dari 21% pada tahun 2024 menjadi lebih dari 35% pada tahun 2030.
Untuk mengintegrasikan pangsa pasar yang semakin besar ini, ICRA india memperkirakan India akan membutuhkan 50 GW penyimpanan energi pada tahun 2030, yang bersumber dari proyek penyimpanan energi dan pembangkit listrik tenaga air yang dipompa.
“Penurunan tajam tarif proyek BESS selama delapan bulan terakhir, yang didorong oleh penurunan tajam harga baterai, diperkirakan akan meningkatkan penerapan proyek penyimpanan energi,” kata Kadam.
Badan pusat ini berfokus pada pemberian proyek energi terbarukan yang menyediakan listrik sepanjang waktu, stabil, dan dapat dikirim untuk mengurangi risiko energi terbarukan yang bersifat intermiten. Proyek-proyek ini sering kali digabungkan dengan penyimpanan energi, yang dapat membantu memenuhi permintaan secara andal.
Badan-badan dan perusahaan kereta api telah menyelesaikan lelang untuk hampir 14 GW proyek tersebut. Tarif tetap kompetitif dengan penawaran yang berkisar antara INR 4.0/kWh hingga INR 5.0/kWh, sementara proyek batubara mengajukan penawaran di atas INR 6.0/kWh. ICRA Indonesia mencatat bahwa proyek-proyek ini akan dikenakan tarif pasar pedagang karena ukurannya yang besar dan perkiraan kelebihan produksi.