Para peneliti dari Laboratorium Energi Terbarukan Nasional (NREL) AS baru-baru ini menganalisis potensi teknis pemasangan sistem fotovoltaik terapung di 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Ini adalah penilaian pertama di Asia Tenggara, dan analisisnya terutama mencakup 88 waduk (termasuk fasilitas pembangkit listrik tenaga air dan non-pembangkit listrik tenaga air) dan 7.213 badan air alami di wilayah tersebut. Laporan tersebut menunjukkan bahwa potensi teknis untuk memasang sistem fotovoltaik terapung di Asia Tenggara berkisar antara 477GW hingga 1046GW.
Tim peneliti menemukan bahwa waduk-waduk di Asia Tenggara mempunyai potensi untuk memasang sistem fotovoltaik terapung sebesar 134GW hingga 278GW, dan terdapat potensi sebesar 343GW` hingga 768GW pada badan air alami. Mengingat jenis badan air, waduk di Laos dan Malaysia memiliki potensi pengembangan yang lebih besar, sedangkan badan air alami di Brunei, Kamboja, Indonesia, Myanmar, Filipina, Singapura, dan Thailand memiliki potensi pengembangan yang lebih besar. Potensi untuk memasang sistem fotovoltaik terapung setara di berbagai jenis perairan di Vietnam.
Para peneliti mengatakan, "Hasil kami menunjukkan bahwa faktor kapasitas bersih rata-rata yang menyebabkan kerugian inverter PV tidak bervariasi secara signifikan antara jenis badan air dan sensitivitas jarak panel PV satu sisi (faktor kapasitas bersih rata-rata adalah antara 15.{{2} }.0% perubahan)." Mereka mencatat bahwa berdasarkan analisis sebelumnya, faktor kapasitas bersih rata-rata meningkat sebesar 1,05 kali lipat dengan menggunakan panel PV bifacial fixed-tilt.
Tim peneliti di Laboratorium Energi Terbarukan Nasional (NREL) ini menggunakan metode penilaian geospasial tingkat lanjut berdasarkan dua tipe sistem PV terapung yang berbeda (monofacial dan bifacial) dan dua tipe badan air (reservoir dan badan air alami) mengembangkan empat solusi teknis. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang mencakup reservoir non-pembangkit listrik tenaga air, badan air alami pedalaman, dan modul fotovoltaik bifacial. Selain itu, tim peneliti menggunakan data radiasi matahari dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi, yang tidak digunakan dalam penilaian potensi teknologi sebelumnya.
Para peneliti menjelaskan, “Secara umum, potensi teknis untuk memasang sistem fotovoltaik terapung di badan air alami lebih tinggi dibandingkan dengan waduk. Namun, kapasitas pengembangan sebenarnya dari badan air alami mungkin berkurang secara signifikan karena kendala spesifik lokasi dan dampak lingkungan. pertimbangan. ." Mereka menambahkan bahwa badan air yang berjarak lebih dari 50 kilometer dari jalan utama dan berada di kawasan lindung tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Thailand memiliki potensi terbesar untuk memasang sistem fotovoltaik terapung di waduk. Negara ini memiliki 576 badan air yang sesuai dengan potensi kapasitas terpasang sebesar 57.645MW dan pembangkit listrik sebesar 83.781GWh/tahun. Indonesia memiliki potensi terbesar untuk memasang sistem fotovoltaik terapung di perairan alami. Negara ini memiliki 2.719 badan air yang sesuai dengan potensi kapasitas terpasang sebesar 271.897MW dan pembangkit listrik sebesar 369.059 GWh/tahun.
Para peneliti mengatakan: "Penelitian menunjukkan bahwa terdapat potensi besar untuk pemasangan sistem fotovoltaik terapung di Asia Tenggara. Beberapa negara memiliki target energi terbarukan yang ambisius, terutama berfokus pada pengembangan sistem fotovoltaik, fasilitas pembangkit listrik tenaga air, dan fasilitas tenaga angin. Sistem Fotovoltaik Terapung memberikan opsi pembangkitan energi terbarukan tambahan yang dapat memanfaatkan infrastruktur yang ada, khususnya fasilitas pembangkit listrik tenaga air yang ada, dan mendukung kawasan ini dalam mencapai target dekarbonisasi yang ambisius.”
Temuan mereka dipublikasikan di situs National Renewable Energy Laboratory (NREL) sebagai “Penilaian Potensi Teknologi untuk Pemasangan Sistem Fotovoltaik Terapung di Asia Tenggara.” Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembuat kebijakan dan perencana untuk lebih memahami peran sistem PV terapung dalam memenuhi kebutuhan energi di kawasan Asia Tenggara, dan pada akhirnya membantu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan investasi.
Para peneliti menyimpulkan: “Penilaian pasar dan potensi ekonomi-teknis yang terperinci diperlukan untuk mengevaluasi lebih lanjut peluang pemasangan sistem PV terapung di setiap negara di Asia Tenggara. Untuk lokasi tertentu, terdapat kekurangan data batimetri, angin, gelombang, dan energi di tingkat regional. sedimentasi Data fisik memerlukan analisis spesifik lokasi yang terperinci."