Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan rancangan Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif (CIPP), yang menguraikan inisiatif dekarbonisasi Indonesia hingga tahun 2050, yang mencakup tujuan untuk mencapai emisi net-zero pada pertengahan abad ini dan memperluas kapasitas terpasang fotovoltaik hingga 264,6GW. .
Draf CIPP saat ini sedang dalam tahap komentar publik dengan batas waktu 14 November. Hal ini merupakan kontribusi Indonesia terhadap implementasi rencana Kemitraan Transformasi Energi yang Berkeadilan (JETP).
Tahun lalu, pemerintah Indonesia menyetujui rencana JETP pada KTT G20 di Indonesia dan menerima pendanaan sebesar US$20 miliar untuk mendukung tujuan dekarbonisasinya.
JETP telah mengusulkan serangkaian rencana untuk struktur energi masa depan Indonesia, termasuk mencapai 44% pembangkit listrik energi terbarukan pada tahun 2030, dan rancangan CIPP merupakan upaya pertama pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut.
Kapasitas tenaga surya yang signifikan
Hal yang paling menarik perhatian dari rancangan CIPP adalah komitmen Indonesia terhadap tenaga surya, yang diperkirakan akan menyumbang lebih banyak kapasitas terpasang dan pembangkit listrik di Indonesia dibandingkan sumber energi lainnya. Pemerintah menargetkan kapasitas terpasang tenaga surya akan mencapai 29,3GW pada tahun 2030 dan 264,6GW pada tahun 2050, yang akan mencakup lebih dari setengah total kapasitas listrik terpasang di Indonesia (518,8GW).
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh besarnya potensi tenaga surya di Indonesia. Pemerintah memperkirakan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia diperkirakan mencapai 3,3TW berdasarkan jumlah sinar matahari di Indonesia. Ini merupakan sumber energi terbarukan tertinggi, dengan potensi tenaga angin lepas pantai berada di peringkat kedua sebesar 94,2GW.
Laporan tersebut juga optimis terhadap potensi PV terapung di Indonesia. Awal tahun ini, Masdar dan PT Indonesia mengumumkan rencana untuk melipatgandakan kapasitas pembangkit listrik tenaga fotovoltaik terapung Cirata yang berkapasitas 145MW. Pemerintah memperkirakan potensi kapasitas di sektor PV terapung saja akan mencapai 28,4GW. Oleh karena itu, Indonesia memiliki minat yang kuat untuk mengembangkan proyek fotovoltaik terapung baru.
Bagan di atas menunjukkan perkiraan pemerintah Indonesia bahwa pembangkit listrik tenaga surya akan tumbuh dari tahun ke tahun hingga tahun 2050. Pemerintah memperkirakan pembangkit listrik tenaga surya akan melampaui gas alam pada pertengahan-2030an, batu bara pada awal tahun 2040-an, dan semua bentuk lainnya. energi pada tahun 2045.
Energi surya diperkirakan akan tumbuh pada tingkat yang lebih stabil dibandingkan bentuk energi terbarukan lainnya, seperti angin. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan energi angin akan melambat pada tahun 2030an, sementara energi panas bumi kemungkinan tidak akan tumbuh setelah tahun 2040. Pertumbuhan yang berkelanjutan ini juga kontras dengan ekspektasi akan pertumbuhan bahan bakar hidrogen yang cepat namun terlambat serta fluktuasi produksi gas alam dalam beberapa dekade mendatang.
Penulis rancangan CIPP menulis dalam laporannya, “Rencana JETP sangat mementingkan pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik sebagai pionir dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia setelah tahun 2030, menyadari potensinya yang sangat besar dibandingkan dengan solusi energi terbarukan lainnya.”
Biaya proyek tenaga surya turun
Jika rencana pemerintah membuahkan hasil, Indonesia akan beralih ke bauran energi yang sangat bergantung pada energi terbarukan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2040, “hampir seluruh kapasitas pembangkit listrik baru” akan dihasilkan oleh sumber energi terbarukan, dimana sumber energi terbarukan variabel seperti energi surya akan mencapai 45% dari kapasitas baru.
Untuk mencapai harapan-harapan ini diperlukan investasi yang besar, dimulai dengan pendanaan yang diperoleh pada KTT G20 tahun lalu. Namun, hal ini saja tidak cukup. Pemerintah memperkirakan investasi kumulatif di sektor panas bumi dan tenaga surya akan melebihi $55 miliar pada tahun 2040 untuk memenuhi potensi besar dari sumber energi tersebut. Pada saat yang sama, investasi pada jaringan transmisi dan distribusi akan mencapai $50 miliar.
Selain itu, CIPP juga mencakup rencana empat fase untuk memperluas jaringan energi nasional, yang akan mulai beroperasi secara bertahap mulai tahun 2024 hingga 2030. Pada saat yang sama, CIPP merencanakan tiga perluasan bagian jaringan yang ada yang belum ditentukan secara pasti. tanggal komisioning sementara.